AS. ZUHRIPUISI - PUISI (Jilid 2)
PUISI-PUISI
karya : AS. Zuhri
CINTA ITU
di atas bukit berbatuan
gulungan ombak menerpa
memecahkan karang pijakan
menutup jiwa bersayap
manuntun cinta itu
berlabuh di ruang kesejukan
berteduh di bawah awan
yang rindang mermbawa naluri
di antara dinginya hati
senja hilang terterpa sinaran
membentuk satu pusara
di balik satu nama
di dekat perapian
bersanding barisan ranting-ranting
mengering usang termakan waktu
semak berduri gelap kesunyian
menuju setapak impian
nan terjal berliku tertempuh
akan terukir keindahan
berbagi di selang kata
ucapan yang sungguh bermakna
persimpangan adalah ruang cerita
membahagiakan untuk semua
AIR MATA
terbang pohon-pohon di atas langit
membawa pesan dari bumi
bercerita apa yang terjadi
gersang melanda dalam rentang
pijakan kaki berdiri
di antara rerumputan bersedih
awan-awan merapat
menjadi gumpalan menakutkan
berbicara pada biru langit
merapatkan titik-tiutik tangisan
meneteskan sejuta penyesalan
yang tertahankan
burung-burung terbang
saling melemparkan beberapa senyuman
dengan kicauan suara bergema
di atas rindang hijau dedaunan
untuk dapat tersinggah
menjadikan kokohnya pijakan
tempat bersandar untuk berkembang
dalam temani alam sunyi
tentang kelestarian bumi
hawa kesejukan menyelimuti
hilanglah suasana kering melanda
BIDADARI KESUNYIAN
dalam pelukan malam
terlihat bintang-bintang
bercerita pada rembulan
awan menari di kegelisahan
tentang bidadari di kesunyian
berpangku tangan dengan impian
sebuah harapan kesempurnaan
terbawa anugrah sebelum hadir
meniti akan arti cinta sejati
sayup lirih terdengar keinginan
jeritan tipis menembus celah
jiwa berbisik tentang muara
pelabuhan terakhir tersandarka
merajut ikrar dalam lingkaran
tangis berderai membasahi
ruang kosong tanpa tersentuh
bukan dengan air mata
perasaan berlinang peluh
menelusup jutaan bayangan
terisikan palung hati
dengan seberkas cahaya menyinari
menorehkan suatu kisah
dapat jadikan tempat berhias
PERMATA INDAH
pagi cerah di atas perbukitan
dataran tinggi yang rindang
gersang air mata menemani
setiap waktu terlalui
berlinang sanjungan di sapaan
bertaburan pujian perkataan
antara puing-puing bebatuan
tertata di pinggiran persimpangan
terpancar permata indah
dalam susunan sandaran
berkilau cahaya tersemat
menyinari ruang sekitar
menjadi penghantar jalan
terlewati dengan torehan cerita
putih dalam setiap raga
menembus gemulai lambaian
tak dapat tersentuh
semilir ucapan mengetarkan naluri
warna ke elokan terlukis
belaian jadikan angan
bila berdiam diri di peraduaan
MENIKAM NALURI
terdengar suara lengkingan
tinggi senandung mengetarkan
di antara tumpukan angan
dari dekat terpampang perapian
gundukan daun-daun kering
di tepi sendang belantara
berikrar melingkarkan rasa
hijau semak yang rindang
dalam kotakan sebuah harapan
berucap tak terdengar
tak ubahnya patung
menikam naluri dalam hitungan
pisau tumpul mensayat
membelah isi hati
terbungkus cerita cinta
membungkam goresan luka
dalam lilitan sanjungan
ketiadaan tirai keindahan
HATI BUKAN NALURI
cinta itu indah
bila di rasa seutuhnya
sempurna dalam sentuhan rag
menatap mata saat berpandang
menyejukan dalam cerita
membelah kekosogan melanda
saat di samping tak sepadan
dalam hiasan yang tersemat
menjadikan ruang kehampaan
setiap kaki pijakan kisah
perasaan tumbuh dari dua sisi
serupa tapi tak sama
mempunyai makna berbeda
akan arti bila di resapi
bila cinta tumbuh dengan hati
bila nafsu berkembang dari naluri
putih itu adalah suci
hitam namun indah
dalam kebersamaan merangkul
sebuah anugrah terbawa
di awal saat tercipta
menuju semerbak wangi mahligai
BERIBU BUNGA
di atas gunung dekat perapian
tertanam beribu bunga
mawar melati mekar berseri
dengan warna-warni terpancar
membelah kelopak mata
berona duri menyala-nyala
di sisi pijakan peraduan
berkabut kesejukan untuk menghelang
setiap detik hembusan nafas
nurani ingin menatap
terlentang beberapa senyuman
memikat segala rasa
akan memberi sebuah cerita
yang sungguh indah
tapi tak bisa tersentuh oleh hati
bukan naluri terlilit di raga
memberi kesan suasana
mengapai kotak-kotak janji
menelusup di palung kehampaan
menyematkan ruang dimensi
ke dalam sela-sela mimpi
RINDU
rindu tanpa batas
pada isi peraduan
terbelenggu oleh nafsu
mendekap tulisan nasib
menikam perasaan malu
perbukitan terbalut dinginya
kabut-kabut senja
merah langit sinar perapian
terasapa pandangan menatap
hati menyimpan cinta
merangkul semua isyarat naluri
melangkah di kawah gersang
bersanding air sendang lembab
di antara hijau dedaunan
tegak batang berlumut
ranting hutan lenggang
tak mampu berdesir
untuk dapat berkata
angin diam di muara
memberi arti di tiupan
dalam kesejukan nama
kesepian jauh dari deru
mesin kebisingan
UKIRAN MALAM
bulan sabit tersenyum lepas
ruang dalam keinginan
dari arah utara memotong
lurus terjal persimpangan
bersama rangkulan sayap
menelusup celah-celah kegelapan
di setapak kaki membekas
tertuju pada sebuah kisah
dalam ukiran malam
akan arti cinta sejati
angin selatan melambai
berbisik pada peraduan
menyusuri lintasan hutan
melodi alunan kata
antara ranting-ranting tua
terik gerimis bersenandung
tak terasa di busana darah
jendela terbuka lebar
di saat rindu berharap
jawaban dengan kepastian
BERTADAH TANGAN
bermanja-manja di hamparan
mendapatkan kasih sayang
menitipkan segala keiginan
dalam benak peraduaan
di putaran jarum jam
bersenandung dengan bahasa
gelak canda tawa terbiasa
menemani tempo alunan rasa
terlepas dari masa terlewati
bersama sepadan berkelakar
sekejab kebahagiaan terlupakan
saat lelap di pangkuan malam
terselimuti keluhan raga
dalam mengintari waktu
tak mampu berkarya
bertadah tangan di hadapan
merintih dengan tangisan
bila tak dapat terwujud
memaknai semua musim
dengan satu ke indahan
terpelanting terjatuh tiada arti
menjadikan sebuah impian
LEMBAH
di antara gunung menjulang tinggi
bersemayam lembah tandus
di kelilingi ilalang-ilalang
warna terbakar dari akar
jalan setapak tertuju
menghitamkan deretan jajaran
rumput-rumput kecil berbaris
terpampang di depan mata
mengikat semua perasaan
tertitip di sisi naluri
tersemat di ruang benak
satu keinginan terwujud
menelusup dalam celah dinding
bersentuh halus oleh raga
lembut rongga harapan
tercium aroma semerbak
saat mengalir air panas
dari lubang kawah
terdapat sebuah keinginan
ruang gelap jadikan pujaan
melambungkan seluruh imaji
merangkai bait-bait kata
tak bisa terlukiskan
menyusuri sepintas kesenjangan
kegersangan sirna berubah kesejukan
dengan segala keyakinan
meraih sebuah mimpi terpendam
setiap pijakan angan melayang
di saat malam telah dating
KUNCUP KELOPAK
bunga dara kuncup kelopak
mulai merekah terlihat
menggoda sisi hati
nanar senyuman membias
melukiskan pancaran bidadar
membelah detak jantung
kencang mendera dada
membekukan aliran darah
menghentikan deyut nadi
dalam lintasan panorama
bercahaya pesona raga
untuk dapat tersentuh
halus kulit termiliki
terbalut helaian kilauan
mutiara bertahta parmata
bersama enam dimensi
terjalani jemari lentik
kian tumbuh sempurna
menyematkan ke anggunan
dengan sejuta warna kisah
terukir tentang keindahan
melambungkan seluruh jiwa
membius setiap mata
memandang tatapan tajam
menguncang isi naluri
menghidupkan bara cinta
membakar semua perasaan
kembang kempis nafas terhelang
saat bersapa bila berhadapan
Alamat penyair
Balen rejo-Balen-Bojonegoro