Puisi -puisi karya AS. Zuhri
Syair – syair karya AS. Zuhri
MANUSIA BERSAYAP
terbang kian ke
mengintari seluruh isi bumi
dengan barisan hijau dedaunan
hingga hamparan deru kebisingan
mencari muara berlabuh
sebagai tambatan hati
dari arti cinta sejati
bukan sekejab mata
mengisi ruang di jiwa
mengukir kebinaran mahligai
menitih anugrah tercipta
terlepas dari jubah tersemat di raga
menjadikan penghalang berpandang
manusia bersayap terdiam
lelah dalam masa penantian
berpangku tangan di sisi ingatan
waktu tak beri jawaban
berharap dalam pelukan
dengan sejuta kenangan
berikan cerita semourna
demi masa yang terbentang
DARI BOJONEGORO KE BLOK CEPU
angin merangkul berangkat
dari bojonegoro ke blok cepu
berpegang pada satu sebuah impian
dari kejauhan menyala perapian
menjulang tinggi menembus kayangan
senja basah meredakan barisan dedaunan
di antara ranting-ranting mengering
usang termakan oleh masa
hati menyimpan naluri
di atas hamparan nan luas
jiwa menyimpan angan
mengejar harapan melayang ke awan
menyekap rasa dalam keberanian
bintang berkelakar dengan alam
di pangkuan malam kesuyian
warnai serangga bisingkan
sayap-sayap di sisi suasana
di mana berpijak tiap waktu
bersenda dengan sepadan
tempo merdu alunan
memberi arti setapak suara
terdengar untuk menjadikan
masa ke indahan terlewati
PADA MU
kau letakan mawar gadis
di tengah hamparan belatara
antara semak-semak
barisan hijau dedauanan
tersingkirkan deru mesin mendera
polos akan kecantikan
alam yang selalu menyatu
dalam raga di saat busana
membelah keinginan
untuk semua cinta
berdendang di atas bongkahan batu
bersanding di pinggir air
deras arus suara mengalir
bersenandung semilir kerinduan
belaian tangan pujaan hati
harapan adalah mimpi
tertahan di alam angan
akan semua isi naluri
bercerita pada waktu
bertanya di mana sadaran
tambatan terakhir untuk dapat
melabuhkan dalam mahligai
membagun terlihat oleh mata
SAJAK UNTUK ALAM
celoteh katak bersautan
di antara arus deras
iringi suara serangga gesekan sayap
terselip antara belahan kulit bumi
berterbangan cahay lilin kecil
hingga di ranting
oelah batu tempat sandaran
kelelawar berjubah hitam
berterbangan mengikuti naluri
mengisi rongga yang kosong
sepasang mata tajam mengintai
berbulu lebay dududk terdiam
terkadang mengumandangkan suara
dalam pelukan malam
di bawah pangkuan rembulan
bersama binary-binar bintang
tergantung di langit biru
anak manis berteriak kencang
mencari induk tak punya akal
rindu akan kehangatan
kucing bercengkrama
di antara semak-semak
terpontang-panting
mencari sesuatu di dalam hati
DUA SERANGGA
di antara menteri perbukitan
tumbuh rerumpunan hijau
dari benih-benih cinta
bunga tertanam di pinggiran
merekah warna terpancar
semerbak aroma ke anggunan
tercium dari sisi sudut
akan ke elokan tangkai
melur kelopak terdiam
terhempas angin surga
melambungkan suasana
berharap rintik hujan
selalu menyinari ke gersangan
puing-puing terjal sandungan
dalam laku tak tersapa
kepolosan akan putih lidah
dua serangga penghisap
selalu mengintari di ruang
saling beradu sayap
merdukan suara bergema
memberi makna untuk manghingap
mendapatkan pijakan bersanding
dalam mahkota kesucian
terselimuti ruang kehampaan
ANAK SULUNG SANG PERAWAN
aku adalah anak sulung
yang hidup di pinggiran
hamparan kelam selimuti
terbawa arus deras derap waktu
mendera mengarah ke satu sisi
naluri putih berbisik
ruang kosong menaruh harapan
selalu inginkan perasaan
melingkar dalam dimensi
sang perawan di sanding
purnama selalu menyinari
cahaya mustika menemani
wangi aroma mengerumuni
memutari tempat bersandar
bersila merenungi sunyi
dengan wajah berseri-seri
beberapa angan meraih mimpi
merubah dapat tersentuh
di atas batu berkilau
antara rerumpunan hijau
tersinggahi hasrat akan arti cinta
tersemat dalam raga
kepolosan akan kasih sayang
GADIS DESA
dududk bersipu terpaku
bersimpul tangan putih
di pangkuan rembulan malam
gadis desa bersanding
dengan lentera badai menyala
bersandar lempengan gelam
antara bangku-bangku panjang
gelapnya suasan sekitar
di celah-celah kesunyian
dering sayap-sayap serangga
berjatuhan di sisi pendengaran
saling beradu akan ke elokan
suara yang terselip
seiring lampu lilin-lilin kecil
berterbangan kian ke
mengikuti ke hendak hati
hingga terjatuh mati
bercerita tentang kerinduan
akan anugrah keindahan
setiap sanjungan pelukan
tercipta dari cinta sejati
BAL DAN SEM
bal dan sem adalah tempat bersandar
secuil keinginan telah terukir
terbawa arus deras waktu
derap laju bbegitu cepat
bergulir tak pernah terasa
dari jejak tersimpan
nama bidadari bersapa
di persimpangan kesenjangan
dalam detik ingatan
sempat terlupakan sejenak
sepadan saling berkelakar
untuk dapat menyematkan
mengugah naluri ingin kembali
mengebahkan sayap itu yang terjadi
berpangku tangan sisi hati
menaruh harapan tak pasti
tapi tak pernah tersadari
sukar di mengerti dari ucapan
terjemahkan sejuta angan
manis pahit terlewati
hanya sekelip mata
sesal datang saat terbuka
semua ungkapan terluapkan
selama ini tersimpan
JIWA
bukan mati sebenarnya
itu yang telah terjadi
meninggalkan segala
tersemat di diri
menuju nirwana tercari
raga yang indah
tumpukan mutiara terlilit permata
sanjungan setiap pijakan
buaian dalam peraduan
barisan pengharum suasana
tak mampu lagi menemani
menembus di mensi kasat mata
tak dapat bertatap pandang
dengan seutuhnya
terasa terbungkam mulut
kaku bila ingin berucap
bersuara tapi hampa
mendengar tak menjawab
tergolek tak mampu bergerak
sejengkal dalam ruang sempit
kesendirian yang baru tersentuh
mengenal setiap sisi sudut
waktu akan terjalani
MENIKAM NALURI
terdengar suara lengkingan
tinggi senandung mengetarkan
di antara tumpukan angan
dari dekat terpampang perapian
tumpukan daun-daun kering
di tepi sendang belantara
berikrar melingkarkan rasa
hijau semak yang rindang
dalam kotakan sebuah harapan
berucap tak terdengar
tiap barisan kata tak
meronta tak bisa bergerak
terpasung jejak di persimpangan
tak ubahnya pantung
menikam naluri dalam hitungan
pisau tumpul mensayat
membelah isi hati
terbungkus cerita cinta
membungkam goresan luka
dalam lilitan sanjungan
ke tiadan tirai keindahan
BUNGA PERAWAN
di tepi telaga yang jernih
akan mata air mengenang
di antara daun-daun rindang
menyejukan sekitar lingkup
hawa dingin masih suci
tak bisa tersentuh deru mesin
menyelimuti nafas terhelang
dalam rongga hisapan
duduk terpaku bunga perawan
warna terpancar membelah mata
di atas batu hitam peka
terpercik sentuhan alam
bersanding dekat perapian
berdendang senandung lirih
bait-bait tentang cinta
bercerita patah arang
puing-puing berserakan
sungguh tak bisa terkemasi
dalam luka nan setapa
di hamparan tandus
inginkan siraman bitiran
ke setiaan ucapan perkataan
0 komentar:
Post a Comment