Grab this Widget ~ Blogger Accessories

Thursday, August 27, 2009

AS. ZUHRIPUISI - PUISI (Jilid 2)

PUISI-PUISI

 karya : AS. Zuhri

 

CINTA ITU

di atas bukit berbatuan

gulungan ombak menerpa

memecahkan karang pijakan

menutup jiwa bersayap

manuntun cinta itu

berlabuh di ruang kesejukan

 

berteduh di bawah awan

yang rindang mermbawa naluri

di antara dinginya hati

senja hilang terterpa sinaran

membentuk satu pusara

di balik satu nama

 

di dekat perapian

bersanding barisan ranting-ranting

mengering usang termakan waktu

semak berduri gelap kesunyian

menuju setapak impian

nan terjal berliku tertempuh

 

akan terukir keindahan

berbagi di selang kata

ucapan yang sungguh bermakna

persimpangan adalah ruang cerita

membahagiakan untuk semua

 

 

AIR MATA

 

terbang pohon-pohon di atas langit

membawa pesan dari bumi

bercerita apa yang terjadi

gersang melanda dalam rentang

pijakan kaki berdiri

di antara rerumputan bersedih

 

awan-awan merapat

menjadi gumpalan menakutkan

berbicara pada biru langit

merapatkan titik-tiutik tangisan

meneteskan sejuta penyesalan

yang tertahankan

 

burung-burung terbang

saling melemparkan beberapa senyuman

dengan kicauan suara bergema

di atas rindang hijau dedaunan

untuk dapat tersinggah

 

menjadikan kokohnya pijakan

tempat bersandar untuk berkembang

dalam temani alam sunyi

tentang kelestarian bumi

hawa kesejukan menyelimuti

hilanglah suasana kering melanda

 

 

BIDADARI KESUNYIAN

 

dalam pelukan malam

terlihat bintang-bintang

bercerita pada rembulan

awan menari di kegelisahan

 

tentang bidadari di kesunyian

berpangku tangan dengan impian

sebuah harapan kesempurnaan

terbawa anugrah sebelum hadir

meniti akan arti cinta sejati

 

sayup lirih terdengar keinginan

jeritan tipis menembus celah

jiwa berbisik tentang muara

pelabuhan terakhir tersandarka

merajut ikrar dalam lingkaran

 

tangis berderai membasahi

ruang kosong tanpa tersentuh

bukan dengan air mata

perasaan berlinang peluh

 

menelusup jutaan bayangan

terisikan palung hati

dengan seberkas cahaya menyinari

menorehkan suatu kisah

dapat jadikan tempat berhias

 

 

 

PERMATA INDAH

 

pagi cerah di atas perbukitan

dataran tinggi yang rindang

gersang air mata menemani

setiap waktu terlalui

 

berlinang sanjungan di sapaan

bertaburan pujian perkataan

antara puing-puing bebatuan

tertata di pinggiran persimpangan

 

terpancar permata indah

dalam susunan sandaran

berkilau cahaya tersemat

menyinari ruang sekitar

 

menjadi penghantar jalan

terlewati dengan torehan cerita

putih dalam setiap raga

menembus gemulai lambaian

 

tak dapat tersentuh

semilir ucapan mengetarkan naluri

warna ke elokan terlukis

belaian jadikan angan

bila berdiam diri di peraduaan

 

 

MENIKAM NALURI

 

terdengar suara lengkingan

tinggi senandung mengetarkan

di antara tumpukan angan

dari dekat terpampang perapian

 

gundukan daun-daun kering

di tepi sendang belantara

berikrar melingkarkan rasa

hijau semak yang rindang

dalam kotakan sebuah harapan

 

berucap tak terdengar

tak ubahnya patung

menikam naluri dalam hitungan

pisau tumpul mensayat

membelah isi hati

 

terbungkus cerita cinta

membungkam goresan luka

dalam lilitan sanjungan

ketiadaan tirai keindahan

 

 

HATI BUKAN NALURI

 

cinta itu indah

bila di rasa seutuhnya

sempurna dalam sentuhan rag

menatap mata saat berpandang

menyejukan dalam cerita

 

membelah kekosogan melanda

saat di samping tak sepadan

dalam hiasan yang tersemat

menjadikan ruang kehampaan

setiap kaki pijakan kisah

 

perasaan tumbuh dari dua sisi

serupa tapi tak sama

mempunyai makna berbeda

akan arti bila di resapi

 

bila cinta tumbuh dengan hati

bila nafsu berkembang dari naluri

putih itu adalah suci

hitam namun indah

dalam kebersamaan merangkul

sebuah anugrah terbawa

di awal saat tercipta

menuju semerbak wangi mahligai

 

 

 

BERIBU BUNGA

 

di atas gunung dekat perapian

tertanam beribu bunga

mawar melati mekar berseri

dengan warna-warni terpancar

membelah kelopak mata

 

berona duri menyala-nyala

di sisi pijakan peraduan

berkabut kesejukan untuk menghelang

setiap detik hembusan nafas

 

nurani ingin menatap

terlentang beberapa senyuman

memikat segala rasa

akan memberi sebuah cerita

yang sungguh indah

 

tapi tak bisa tersentuh oleh hati

bukan naluri terlilit di raga

memberi kesan suasana

mengapai kotak-kotak janji

 

menelusup di palung kehampaan

menyematkan ruang dimensi

ke dalam sela-sela mimpi

 

 

RINDU

 

rindu tanpa batas

pada isi peraduan

terbelenggu oleh nafsu

mendekap tulisan nasib

menikam perasaan malu

 

perbukitan terbalut dinginya

kabut-kabut senja

merah langit sinar perapian

terasapa pandangan menatap

 

hati menyimpan cinta

merangkul semua isyarat naluri

melangkah di kawah gersang

bersanding air sendang lembab

di antara hijau dedaunan

 

tegak batang berlumut

ranting hutan lenggang

tak mampu berdesir

untuk dapat berkata

 

angin diam di muara

memberi arti di tiupan

dalam kesejukan nama

kesepian jauh dari deru

mesin kebisingan

 

 

UKIRAN MALAM

 

bulan sabit tersenyum lepas

ruang dalam keinginan

dari arah utara memotong

lurus terjal persimpangan

bersama rangkulan sayap

 

menelusup celah-celah kegelapan

di setapak kaki membekas

tertuju pada sebuah kisah

dalam ukiran malam

akan arti cinta sejati

 

angin selatan melambai

berbisik pada peraduan

menyusuri lintasan hutan

melodi alunan kata

antara ranting-ranting tua

 

terik gerimis bersenandung

tak terasa di busana darah

jendela terbuka lebar

di saat rindu berharap

jawaban dengan kepastian

BERTADAH TANGAN

bermanja-manja di hamparan

mendapatkan kasih sayang

menitipkan segala keiginan

dalam benak peraduaan

di putaran jarum jam

 

bersenandung dengan bahasa

gelak canda tawa terbiasa

menemani tempo alunan rasa

terlepas dari masa terlewati

bersama sepadan berkelakar

 

sekejab kebahagiaan terlupakan

saat lelap di pangkuan malam

terselimuti keluhan raga

dalam mengintari waktu

 

tak mampu berkarya

bertadah tangan di hadapan

merintih dengan tangisan

bila tak dapat terwujud

 

memaknai semua musim

dengan satu ke indahan

terpelanting terjatuh tiada arti

menjadikan sebuah impian

 

 

LEMBAH

 

di antara gunung menjulang tinggi

bersemayam lembah tandus

di kelilingi ilalang-ilalang

warna terbakar dari akar

jalan setapak tertuju

menghitamkan deretan jajaran

rumput-rumput kecil berbaris

 

terpampang di depan mata

mengikat semua perasaan

tertitip di sisi naluri

 

tersemat di ruang benak

satu keinginan terwujud

menelusup dalam celah dinding

bersentuh halus oleh raga

 

lembut rongga harapan

tercium aroma semerbak

saat mengalir air panas

dari lubang kawah

 

terdapat sebuah keinginan

ruang gelap jadikan pujaan

melambungkan seluruh imaji

merangkai bait-bait kata

tak bisa terlukiskan

 

menyusuri sepintas kesenjangan

kegersangan sirna berubah kesejukan

dengan segala keyakinan

 

meraih sebuah mimpi terpendam

setiap pijakan angan melayang

di saat malam telah dating

 

 

 

 

KUNCUP KELOPAK

 

bunga dara kuncup kelopak

mulai merekah terlihat

menggoda sisi hati

nanar senyuman membias

melukiskan pancaran bidadar

 

membelah detak jantung

kencang mendera dada

membekukan aliran darah

menghentikan deyut nadi

dalam lintasan panorama

 

bercahaya pesona raga

untuk dapat tersentuh

halus kulit termiliki

terbalut helaian kilauan

mutiara bertahta parmata

bersama  enam dimensi

 

terjalani jemari lentik

kian tumbuh sempurna

menyematkan ke anggunan

dengan sejuta warna kisah

 

terukir tentang keindahan

melambungkan seluruh jiwa

membius setiap mata

memandang tatapan tajam

menguncang isi naluri

 

menghidupkan bara cinta

membakar semua perasaan

kembang kempis nafas terhelang

saat bersapa bila berhadapan

 

 

 

 

 

 

 

 

Alamat penyair

Balen rejo-Balen-Bojonegoro

0 komentar:

Design by TOMMY KURNIANSYAH